KERAJAAN DEMAK BINTORO
Pada mulanya Demak dikenal dengan nama Glagah Wangi. Sebagai Kadipaten
dari Majapahit. Demak dikenal juga dengan sebutan Bintoro. Kata Demak
merupakan akronim yang berarti gedhe makmur atau hadi makmur yang
berarti besar dan sejahtera.
Runtuhnya Malaka ke tangan Portugis,
sehingga pedagang Islam mencari tempat perdagangan baru, diantaranya
Demak. Raden Fatah masih keturunan raja Majapahit, Brawijaya V, dalam
perkawinannya dengan putri Ceumpa yang beragama Islam. Raden Fatah
mendapat dukungan dari para wali. Banyak adipati-adipati pesisir yang
tidak puas dengan Majapahit dan mendukung Raden Fatah. Mundur dan
runtuhnya Majapahit karena Perang Paregreg. Pusaka keraton Majapahit
sebagai lambang pemegang kekuasaan diberikan kepada Raden Fatah.
Membangun masjid Demak di bawah arsitek
Sunan Kalijaga. Di serambi masjid ini Sunan Kalijaga meletakkan
dasar-dasar perayaan Sekaten (Sahadatain). Menjadikan para wali sebagai
penasehat raja. Di bawah pimpinan Adipati Unus pada tahun 1513 Demak
menyerang Portugis di Malaka.
Pada tahun 1518 Raden Fatah wafat. la
digantikan putranya bernama Adipati Unus (Muhammad Yunus. Pati Unus
hanya memerintah selama tiga tahun. la meninggal dalam usia muda. Ia
dikenal sebagai panglima yang gagah berani. la melakukan blokade
terhadap Portugis di Malaka sehingga Portugis kekurangan bahan makanan.
Karena Pati Unus wafat tidak meninggalkan putra, maka ia digantikan oleh
adiknya bernama Raden Trenggana (1521 -1546 M).
Di bawah Sultan Trenggana, Demak
mencapai puncak kejayaannya. Pada waktu itu Portugis mulai memperluas
pengaruhnya ke Jawa Barat, dengan mendirikan benteng dan kantor di Sunda
Kelapa, atas persetujuan raja Pajajaran, Samiam. Maka pada tahun 1522
Demak mengirimkan pasukan ke Jawa Barat dipimpin oleh Fatahillah. la
berhasil menduduki Banten dan Cirebon serta mengusir Portugis dari Sunda
Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Sejak itu Sunda Kelapa dirubah
namanya menjadi Jayakarta.
Perluasan pengaruh ke Jawa Timur
dipimpin langsung oleh Sultan Trenggana. Satu per satu daerah-daerah di
Jawa Timur berhasil dikuasai seperti Madiun, Gresik, Tuban, Singosari
dan Blambangan. Tetapi ketika menyerang Pasuruan pada tahun 1546, Sultan
Trenggana gugur.
Setelah Trenggana wafat, terjadi
perebutan kekuasaan antara Surawiyata atau Pangeran Sekar Seda ing Lepen
(adik Trenggana) dengan Sunan Prawoto (putra Trenggana). Surawiyata
berhasil dibunuh oleh utusan Sunan Prawoto. Putra Surawiyata bernama
Arya Penangsang dari Jipang menuntut balas dan berhasil membunuh Sunan
Prawoto.
Arya Penangsang adalah seorang yang
sangat kejam, sehingga banyak orang yang tidak menyukainya
sebagaipenguasa Demak. Maka kekacauan belum juga reda, bahkan memuncak
ketika Arya Penangsang membunuh adipati Jepara bernama Pangeran Hadiri.
Ia adalah suami dari Ratu Kalinyamat, adik kandung Sunan Prawoto.
Pembunuhan itu dilakukan karena Hadiri dianggap telah ikut campur.
Kalinyamat mengangkat senjata melawan
Arya Penangsang. Ia berhasil menggerakkan adipati-adipati dan pejabat
lain untuk melawan Arya Penagsang. Akhirnya Arya Penangsang berhasil
dibunuh oleh Ki Jaka Tingkir (menantu Trenggana) yang dibantu oleh Kyai
Gede Pamanahan dan putra angkatnya Bagus Dananjaya serta Ki Penjawi dan
Juru Mertani. JakaTingkir naik tahta dalam penobatan oleh Sunan Giri,
dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Pusat pemerintahan dipindahkan dari
Demak ke Pajang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar